Kamis, Januari 01, 2009

Warung kopi (warkop) yang marak bermunculan di mana-mana, mulai dari warkop 'kaki lima' hingga ala 'bintang lima', membuat ngopi seolah menjadi tren baru, tidak hanya bagi kaum adam tapi juga kaum hawa. Budaya ngopi di Indonesia sebenarnya sudah terbilang 'tua', namun soal apresiasi masih rendah. So, bagi yang doyan ngopi, gak ada salahnya kan nambah ilmu per'kopi'an agar dapat ngopi dengan benar...
Klasik dari Italy
Kebiasaan ngopi orang Indonesia yaitu suka menambahkan gula banyak-banyak ke dalam kopinya. Padahal cita rasa kopi terletak pada rasa pahitnya. Orang Indonesia kalo ngopi juga suka mesan makanan kecil lainnya. Tak heran jika pionir kafe di Indonesia (Excelso dan Oh La La) juga menyajikan menu yang lebih komplit dibandingkan dengan kafe sejenis di luar negeri.
Menurut Syenny Chatrine Widjaja, pemilik Bakoel Koffie, kecenderungan minum kopi sebagai gaya hidup mulai muncul sekitar tahun 2000. Ditambah dengan munculnya Starbucks di Indonesia, ngopi di kafe menimbulkan kebanggan tersendiri, seperti coretan maya seorang blogger berikut: Sementara gw menghabiskan expresso single shot *cieee bahasanya* seukuran gelas sloki adalah suatu kebanggaan. Karena tidak terbayang sebelumnya pahitnya expresso cita rasa tinggi, sampai-sampai 2 sachet gula bubuk ditambahkan. But I felt the shot, so next time ready for double shot!
Masalahnya, kebanggaan tanpa diikuti pengetahuan yang mumpuni justru akan menjadi bumerang bagi si pelaku. "Cara minum kopi dan teh orang Indonesia memang masih salah. Kita sering senyum-senyum sendiri melihat mereka minum," ujar Robby Sabaruddin Roestam, Manajer Pemasaran Teh Coffee Bean & Tea Leaf seperti dilansir Tabloid Senior, 2 Januari 2003 silam. Salah satunya, ya dengan menambahkan gula banyak-banyak sehingga rasa kopi langsung hilang.
Kita sendiri juga gelagapan menjawab ketika ditanya lebih detail apa itu espresso? "Ya, pokoknya jenis minuman kopi lah," jawab kita singkat. Kita juga tercekat bahwa selain espresso, cappuccino, dan latte (menu klasik minuman kopi di beberapa kafe) adalah istilah dari bahasa Italia. "Knowledge orang Italia soal kopi memang jago. Saya berharap orang Indonesia bisa seperti Italia dalam hal apresiasi kopi," kata Syenny.
Padahal, berbeda dengan Italia, Indonesia memiliki kantung-kantung penghasil kopi. Bagusnya lagi, kualitas kopi Indonesia masuk peringkat tiga besar di dunia.

Kualitas kopi yang baik itu yang gimana sih?
Menurut Syenny, kopi yang berkualitas baik itu yang berbodi tinggi. Eit... jangan membayangkan yang enggak-enggak. Untuk jelasnya soal bodi ini, kita bisa ambil perumpamaan air sirup dan air biasa. Minuman yang berbodi tinggi itu air sirup. Nah, minuman yang tidak berbodi ya mirip air putih. "Flat rasanya," imbuh Syenny.
Memang, soal bodi ini sangat subyektif. Banyak yang suka, namun ada yang emoh. Namun, di lidah Syenny kopi yang berbodi tinggi lebih intens.

Espresso, biang kopi
Secara garis besar, ada dua jenis kopi: arabika dan robusta. Jenis pertama susah ditanam, namun berkualitas bagus dan tentu saja harganya mahal. Kopi jenis ini juga sensitif terhadap hama dan maunya tumbuh di dataran tinggi. Sebaliknya dengan jenis kedua.
Waktu Belanda menjajah Indonesia, mereka memasukkan kopi jenis arabika. Sayangnya, sekitar tahun 1800-an terjadi serangan hama yang membuat kopi arabika mati semua. Lalu masuklah jenis robusta. Aroma dan flavor-nya memang tidak sebagus arabika. Akan tetapi arabika sering dicampur dengan robusta untuk memperoleh crema. "Crema itu yang coklat-coklat kayak madu. Biasanya ada di bagian atas waktu menyeduh kopi."
Namun, di kafe macam Starbucks atau Coffee Bean, arabika atau robusta tadi berubah menjadi espresso, cappuccino, latte, dan jenis lainnya. Jangan bingung dulu kalau baru pertama kenal dengan nama-nama itu.
Espresso adalah seduhan kopi pekat (black coffee) yang dihasilkan dari proses khusus lewat tekanan air mendidih pada biji kopi pilihan. Bisa dikatakan, inilah dasar kopi sehingga lentur untuk dimainkan dalam penyajiannya. Diambil sepertiganya, lalu ditambah sepertiga bagian susu panas dan sepertiga lagi susu berbusa, jadilah cappuccino. Rasa pahit biang kopi tadi (espresso) otomatis berkurang di cappuccino. Kalau pengen manisnya terasa, pesan latte. Di sini espresso cuma sepertiga dan sisanya susu panas. Minuman jenis ini lebih mild dibandingkan menu lainnya.
Masing-masing menu klasik tadi kemudian dikembangkan oleh masing-masing kafe. "Seperti espresso con panna. Di atas ditaruh whipped cream, ketika diaduk, ramuan itu sangat enak. Ada legit di antara rasa pahit." kata Syenny di salah satu outlet Bakoel Koffie di Mal Pondok Indah.

Pada beberapa kafe besar, mereka membikin ramuan sendiri. "Hanya ada di kafe tersebut, tidak ada di tempat lain," tutur Syenny. Bakoel Koffie misalnya, yang menggunakan 100% kopi asli Indonesia, mengandalkan tiga macam ramuan: heritage 1969 (kopi dengan cita rasa dan aroma lebih kecoklat-coklatan khas Sumatra Utara), black mist (kopi pekat dengan aroma dan rasa lebih ke buttery caramel), dan brown cow (kopi khas Sumatra dan Jawa yang rasa dan aromanya lebih ke kacang-kacangan).
Hanya dua minggu
Kalau sudah nyandu, tidak harus ke kafe untuk menikmati secangkir kopi berkualitas. Saat ini sudah banyak tempat yang menjual biji kopi. Hanya saja, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar kopi yang dibeli tidak menurun kualitasnya. Yang utama, jangan membeli kopi dalam jumlah banyak. Belilah sedikit dan kalau bisa dalam bungkus yang kecil. Sehabis dipakai, simpanlah di lemari pendingin.
"Idealnya, begitu biji (kopi) dihancurkan, harus habis dikonsumsi dalam waktu dua minggu. Setelah itu turun kualitasnya," kata Syenny yang lebih suka membeli dalam bentuk biji. Dalam bentuk biji ini, kopi bisa bertahan setahunan. Jika ingin menyeduh kopi, barulah biji kopi dihancurkan. "Dengan blender pun bisa kok."

Seruput, jangan diteguk!
Namun harus diingat, jangan minum kopi terlalu banyak. "Apa saja yang terlalu banyak tidak baik," nasehat Syenny. Oleh sebab itu ia menganjurkan cukup empat cangkir sehari. Menurut penelitian, minum kopi dalam jumlah standar justru baik bagi kesehatan. Salah satunya meminimalkan penyakit Parkinson.
Nah, kalau kopi pesanan sudah ada di meja, silakan diminum. Namun, jangan asal teguk. Ciumlah aromanya. Lalu seruputlah pelan-pelan. Nikmati bodi kopi, syukur-syukur bisa menebak asalnya. Dengan diseruput akan terjadi aerasi yang membuat aroma kopi menguat.
Jika terasa terlalu pahit, bolehlah ditambahkan gula. Mau yang putih atau gula coklat, tergantung selera. Yang penting jangan kebanyakan. "Menikmati kopi memang butuh jam terbang," kata Syenny. (Sumber: INTISARI, JULI 2005 - dengan perubahan seperlunya)

So, enjoy your coffee!



Teman2 keren gw nih

Buku Tamuku